Kondisi bentang alam Indonesia yang dilewati oleh cincin api pasifik atau yang dikenal sebagai ring of fire, yaitu wilayah yang banyak terdapat gunung berapi merupakan potensi besar untuk pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik.
Peran Blue Carbon dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Selama ini, kita mengetahui bahwa hutan berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Degradasi dan alih fungsi lahan hutan merupakan tindakan yang dapat mengemisi karbon ke atmosfer bumi dan menyebabkan gas rumah kaca di atmosfer bumi semakin padat. Itulah mengapa, kegiatan mitigasi perubahan iklim dititikberatkan pada upaya-upaya perbaikan wilayah hutan.
Mengurangi Emisi dengan "Bike to Work"
Kendaraan bermotor berbahan bakar fosil adalah salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK). Tingkat penggunaan kendaraan bermotor yang tinggi merupakan salah satu penyebab kepadatan GRK di atmosfer bumi. Pada tahun 2009 saja, menurut perhitungan World Wide Fund sektor transports menyumbang sekitar seperempat dari total GRK di atmosfer bumi.
Perubahan Pola Hidup: Bijak Dalam Membeli Makanan
Pertanian adalah pendorong utama perubahan iklim. Terhitung pada 2010 ada lebih dari 20 persen emisi gas rumah kaca global secara keseluruhan.
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pangan dan Pertanian PBB (UN FAO), makanan yang tidak terkonsumsi global selama ini menyumbang sekitar 4,4 gigatone emisi gas rumah kaca setiap tahun.
Rumah Tangga Hemat Energi
Produksi energi di Indonesia semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah permintaan terhadap energi. Tidak hanya sektor industri yang membutuhkan energi dalam jumlah besar, tapi juga rumah tangga. Padahal, di Indonesia, produksi energi masih menggunakan bahan bakar batu bara.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa batubara ketika dipanaskan akan berubah menjadi karbon yang merupakan salah satu jenis gas rumah kaca yang jumlahnya paling besar di atmosfer bumi. Kondisi ini memang ironis, di tengah upaya dunia untuk menurunkan jumlah gas rumah kaca di atmosfer bumi, permintaan masyarakat terhadap energi semakin membesar dan semakin menambah jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi.
Kurangi Penggunaan Tisu
Tisu adalah salah satu produk hasil ekstraktif hutan. Sama halnya dengan kertas, tisu dibuat dari bubur kertas (pulp) berbahan baku serat kayu. Untuk memproduksi tisu harus ada pohon yang ditebang. Itu berarti, semakin besar permintaan tisu, semakin besar jumlah pohon yang harus ditebang.
Ubah Kebiasaan Penggunaan Plastik
Kantong plastik adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim. Karena, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Minimalkan Penggunaan Kertas
Perubahan iklim terjadi karena padatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi akibat produksi gas rumah kaca berlebih dan penyerapan karbon yang tidak maksimal. Hutan adalah penyerap karbon yang paling utama.
Ganti Pendingin dengan Pendingin Tanpa CFC
Sekitar tahun 1970, para ilmuwan menemukan bahwa penggunaan bahan pendingin buatan (syntetic refrigerant) berbahan chloroflourcarbon dapat merusak lapisan ozon bumi. Ketika terlepas ke atmosfer, freon (CFC) akan berubah menjadi Karbondioksida yang akan menambah kepadatan gas rumah kaca di atmosfer.
Menanam Tanaman tanpa Lahan yang Luas
Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang kekurangan ruang terbuka hijau. Hal ini disebabkan padatnya gedung-gedung baik rumah maupun perkantoran, sehingga hampir tidak ada lagi ruang kosong yang dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman hijau. Parahnya, kota besar seperti Jakarta adalah memproduksi gas rumah kaca dalam jumlah sangat besar.