Secara sederhana, adaptasi dipahami sebagai tindakan menyesuikan diri untuk mengantisipasi pengaruh buruk iklim nyata. Dengan cara membangun strategi antisipasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang menguntungkan. Tujuannya adalah meringankan dampak buruk perubahan iklim. Menurut Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perubahan Iklim PBB, kegiatan adaptasi dilaksanakan dengan menemukan dan menerapkan cara-cara penyesuaian terhadap perubahan iklim.
Menurut UNFCCC (United Nation Framework for Climate Change Convention), adaptasi merupakan upaya menemukan dan menerapkan cara-cara penyesuaian terhadap perubahan iklim. UNFCCC sebagai salah satu lembaga internasional terus mencari upaya-upaya dan tindakan untuk menanggapi dampak perubahan besar yang membawa dampak besar terhadap masyarakat dunia dan sumber kehidupannya, serta menggalang dukungan untuk mengatasi perubahan iklim. Di Indonesia, ditingkat pemerintah upaya adaptasi sudah menjadi bagian dari rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang yang dikenal dengan pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim.
Ragam upaya adaptasi perubahan iklim disetiap sektor di Indonesia sekilas dapat diuraikan sebagai berikut:
Adaptasi di sektor pertanian, pertanian paling rentan terhadap perubahan iklim, sehingga adaptasi merupakan tindakan keharusan pada bidang pertanian, misalkan perubahan musim yang berubah harus diatasi antara lain menyesuaikan waktu tanam dengan musim hujan pertama, menanam varietas tanaman pangan yang tahan terhadap suhu ekstrim, memperbaiki sistem irigasi yang lebih mampu menampung air agar pada musim kemarau panjang masih tersedia cadangan air. Beberapa petani telah menerapkan sistem pertanian organik yang tidak membutuhkan banyak air dan juga pestisida. Upaya pemerintah Indonesia antara lain mengembangkan Sekolah Lapang Iklim yang digagas atas kerjasama Asian Disaster Preparedness Center dan Institut Pertanian Bogor, Dinas Pertanian Indramayu, dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) agar para petani memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, dll.
Sasaran utama ketahanan ekosistem adalah terjaganya ekosistem hutan dan ekosistem esensial dari dapak perubahan iklim sehingga keberadaan keanekaragaman hayati serta layanan jasa ekosistem dapat lestari. Terjaganya ekosistem hutan, kawasan esensial serta keanekaragaman hayati akan menjamin ketersediaan air dan layanan jasa ekosistem dan menjadi salah satu komponen kunci terhadap tercapainya ketahanan pangan, kemandirian energi serta tatanan kehidupan masyarakat. Sasaran umum ini dapat dicapai apabila gangguan dan kerusakan utama pada ekosistem hutan dapat dikurangi. Dengan demikian sasaran utama dari RAN-API untuk bidang ketahanan ekosistem adalah:
Curah hujan yang berlebihan dapat mengakibatkan banjir dan longsor, namun sebaliknya curah hujan yang terlalu sedikit berakibat pada kekeringan dan penurunan ketersediaan air. Hal ini akan mempengaruhi pasokan air untuk wilayah perkotaan dan pertanian. Terjaganya ekosistem hutan, kawasan esensial serta keanekaragaman hayati akan menjamin ketersediaan air. Hal ini dapat dicapai apabila gangguan dan kerusakan ekosistem hutan dapat dikurangi. Sehingga ketahanan air sangat bergantung pada ketahanan ekosistem. Terutama ekosistem hutan.
Kemandirian energi untuk menghadapi perubahan iklim dilakukan dengan memperbaiki dan mengkonservasi wilayah tangkapan hujan dan Daerah Aliran Sungai yang menjadi sumber pembangkit energi tenaga air dan panas bumi; optimalisasi pemanfaatan limbah organik dan biomassa serta pengembangan sumber energi bahan bakar nabati. Untuk melakukan strategi-strategi tersebut, Pemeirntah membuat 4 program, yaitu :
Banyak tindakan adaptasi untuk kesehatan antara lain meningkatkan kesadaran kesehatan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kebersihan dan penyimpanan air, menghambat penyebaran penyakit dengan sistem pengawasan pola-pola penyakit lebih ketat, misalkan pada waktu banjir, pengawasannya antara lain adalah dengan memonitor penyakit kolera. Untuk jangka panjang, pengawasan meliputi memonitor distribusi penyakit-penyakit yang disebarkan oleh nyamuk sambil memastikan rumah tangga mampu melindungi diri sendiri, antara lain, misalnya dengan penggunaan kelambu atau kelambu yang dicelupkan ke dalam larutan insektisida.
Strategi yang dilakukan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim pada bidang perkotaan adalah menyesuaikan rencana tata ruang kawasan perkotaan terhadap ancaman perubahan iklim; mengelola lingkungan kawasan perkotaan secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas infrastruktur dan fasilitas di kawasan perkotaan; meningkatkan kapasitas masyarakat perkotaan dalam mengahdapi ancaman perubahan iklim, dan mengembangkan serta mengoptimalisasi riset dan sistem sistem informasi perubahan iklim di kawasan perkotaan. Startegi-strategi tersebut diwujudkan melalui 3 program, yaitu :
Adaptasi di daerah pesisir, pengaruh iklim terhadap wilayah pesisir sangat dirasakan oleh para nelayan, lebih seringnya musim angin besar dan pasang menghambat dan mengurangi aktivitas para nelayan mencari ikan ke laut, beberapa upaya adaptasi yang dapat dilakukan untuk menunjang keberlangsungan hidup para nelayan antara lain dengan mengembangkan pertanian pesisir (aquacultur) mengembangkan tambak dan jenis ikan yang selama ini dapat berkembang biak di muara sungai ataupun mengkombinasikan dengan sistem pertanian dan peternakan lain. Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir upaya adaptasi yang dilakukan antara lain membuat perlidungan dengan membangun tanggul air laut, membuat bangunan yang lebih kokoh dan tahan terhadap hempasan air laut, atau mundur yaitu memindahkan pemukiman menjauhi wilaya pantai. Bentuk-bentuk adaptasi lainnya perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi dampak terjadinya perubahan iklim.
Peningkatan kapasitas merupakan salah satu sasaran yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan para pemangku kepentingan dan masyarakat dalam upaya adaptasi perubahan iklim. Peningkatan kapasitas secara sederhana juga berkaitan dengan upaya memperbaiki dan meningkatkan kapasitas dari yang sebelumnya rendah menjadi kaya pengetahuan dan keahlian untuk mengurangi faktor-faktor yang dianggap rentan terhadap perubahan iklim. Program peningkatan kapasitas ini mencakup beberapa tingkatan, yaitu tingkat individu, tingkat institusi, dan tingkat komunitas. Strategi-strategi tersebut diwujudkan melalui 5 Program Utama (Klaster), yaitu:
Masih banyak upaya adaptasi yang sudah dan sedang dikembangkan untuk dilaksanakan di Indonesia, termasuk salah satunya adalah beberapa masyarakat adat di Indonesia yang selama ini memiliki pengetahuan yang arif (pengetahuan tradisional) dalam mengelola sumberdaya alamnya terus berupaya mempertahankan pengetahuan yang dapat menjadi upaya adaptasi perubahan iklim, misalkan masyarakat adat Baduy, Kasepuhan, Dayak yang masih tetap mempertahankan sistem bertanam padi tadah hujan dengan sistem sekali panen, dan mengikuti perubahan iklim yang terjadi dengan pengetahuan tradisional yang dimilikinya.
Strategi Aksi Adaptasi tersebut sudah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia.
Silahkan klik tautan ini untuk menuju informasi implementasi